Lengkungan ke arah lateral dari vertebrae(tulang belakang)
keadaan ini selalu merupakan kondisi yang patologis
KLASIFIKASI
1. berdasarkan kurva
Level kurva
- kurva Servikal C1-C6
- kurva Thorakoservikal C7-T1
- kurva Thorakal T2-T11
- kurva Thorakolumbal T12-L1
- kurva Lumbal L2-L4
- kurva lumbosakral L5-S1
Arah kurva
- di sebelah kiri atau kanan garis tengah tubuh (body alignment)
Jenis kurva
- struktural : bersifat tetap dan kurang fleksibel
- non struktural : bersifat sementara dan lebih fleksibel
Panjang kurva
- kurva mayor : kurva yang paling panjang, paling berat dan rotasinya paling besar. Kurva mayor tidak hanya satu bisa terdapat dua kurva mayor dalam sebuah tulang belakang biasa disebut kurva double mayor. Contohnya kurva thorakal, kurva servikal, kurva lumbal.
- kurva minor : disebut juga kurva kompensatori, kurva yang paling kecil, ringan dan sedikit rotasi. Pada awalnya bersifat nonstruktural dan lebih fleksibel daripada kurva mayor. Contohnya kurva thorakoservikal, kurva thorakolumbal dan lumbosakral.
2. Berdasarkan kelainan
Skoliosis struktural (fungsional)
1). terdapat kelainan struktur tulang belakang tetapi terdapat penyakit, kelainan lain yang menjadi penyebab seperti ketidakseimbangan panjang tungkai, suatu iritasi radix, kelainan kontraktur panggul. Jika penyebab dihilangkan, lengkungan dapat dikoreksi sepenuhnya.
2). Tidak progresif dan mempunyai fleksibilitas lengkungan yang normal.
3). Dapat dikoreksi atau over koreksi pada lateral bending kearah sisi konveks.
4). Secara klinis dapat dikoreksi bilatulang belakang difleksikan.
3). Dapat dikoreksi atau over koreksi pada lateral bending kearah sisi konveks.
4). Secara klinis dapat dikoreksi bilatulang belakang difleksikan.
· Skoliosis Struktural
1). Terdapat kelainan struktur tulang belakang (berotasi dan membaji) tanpa fleksibilitas yang normal.
2). Terdapat kontraktur jaringan lunak pada sisi konkaf.
3). Terdapat rotasi vertebra kearah sisi konveks
3. Berdasarkan Etiologi
Skoliosis non struktural
1. Postural (sikap tubuh)
2. Iritasi Radix (contoh HNP)
3. Inflamasi
4. Histeri
5. Ketidakseimbangan panjang tungkai
6. Berhubungan dengan kontraktur panggul
Skoliosis struktural
1.Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) 80%
2. Kongenital 15%
3. Kelainan muskuler 10%
4. Neurofibromatosis (kelainan genetik dimana jaringan saraf tumor/neurofibromas di kulit, lapisan bawah kulit, saraf, otak dan sumsum tulang belakang) 5%
5. lain-lain
*infeksi tulang
*kelainan metabolik
*marfan syndrom
Patomekanik dan Patofisiologi
Dalam terjadinya skoliosis terdapat 3 faktor yang saling berhubungan yang harus dipertimbangkan yaitu :
1. Adanya gaya gravitasi yang berlebihan yang terjadi setiap hari.
2. Waktu yang diperlukan untuk maturasi.
3. Berupa maturasi pusat-pusat pertumbuhan pada vertebral bodies dan facet.
Dalam terjadinya skoliosis terdapat 3 faktor yang saling berhubungan yang harus dipertimbangkan yaitu :
1. Adanya gaya gravitasi yang berlebihan yang terjadi setiap hari.
2. Waktu yang diperlukan untuk maturasi.
3. Berupa maturasi pusat-pusat pertumbuhan pada vertebral bodies dan facet.
Hubungan antara pertumbuhan vertebra dan faktor-faktor gaya gravitasi dan waktu dinyatakan dalam hukum fisiologis
yaitu Hukum Julius Wolf dan Hukum Hueter-Volkmann.
1. Hukum Julius Wolf
1. Hukum Julius Wolf
Tulang merupakan struktur dinamik yang akan memberikan reaksi terhadap bermacam-macam stress dan strain yang terjadi dalam aktifitas sehari-hari.. Diketahui bahwa tulang secara dinamik mengadakan reaksi terhadap tekanan yang tak putus-putusnya melalui rekonstruksi dan resorbsi yang aktif dan terus-menerus, dengan cara demikian dapat merubah arsitektur internal dari vertebranya.
Dengan adanya deviasi lateral dan rotasi yang terus-menerus terhadap columna vertebralis, seperti terlihat pada skoliosis, terdapat peninggian tekanan pada sisi konkaf kurva dan penurunan tekanan pada sisi konveks kurva. Cancelious Bone, terutama pada vertebral body memberi reaksi terhadap peninggian tekanan melalui perubahan secara dinamik bentuk arsitektur internalnya. Peninggian tekanan ini merupakan suatu faktor untuk terjadinya vertebral wedging.
Selain itu, pada skoliosis dimana terdapat perubahan struktur sebagai reaksi stress, terjadi juga perubahan pada struktur penunjang seperti : iga, ligamentum, otot dan juga alat viscera. Jika stress dibisrkan berlanjut, perubahan ini akan menjadi menetap.
2. Hukum Hueter-Volkmann
Menyatakan bahwa peninggian dan penurunan tekanan pada epiphyseal growth plate akan menghambat kecepatan pertumbuhan epiphyseal growth plate. Pada skoliosis, terjadi tekanan yang berlebih pada sisi konkaf dibandingkan sisi konveks dalam satu kurva. Oleh karena vertebral body dan facet endoc hondral growth plate akan dihambat pertumbuhannya pada sisi konkaf dan akan dirangsang kecepatan pertumbuhan-nya pada sisi konveks.
Distribusi tekanan yang tidak sama ini menghasilkan bentuk wedging vertebral dan ukuran facet yang tidak sama. Sepanjang pertumbuhan vertebra berlangsung, proses asimetris ini akan terjadi terus menerus, menambah vertebra wedging, dengan cara demikian menambah derajat skoliosis. Hanya bila pertumbuhan berhenti dimana vertebral grow plates telah tertutup, akan menghentikan proses ini kemudian kemudian tulang belakang menjadi relatif stabil. Bukan hanya corpus vertebrae yang mengalami perubahan tetapi angulasi dan rotasi juga mengakibatkan perubahan pada elemen posterior.
Vertebral body yang merupakan massa yang lebih besar dibandingkan prosessus spinosus, akan berotasi menuju daerah yang lebih luas (sisi konveks). Dan prosessus spinosus yang merupakan massa yang lebih kecil akan berotasi menuju daerah yang lebih sempit (sisi konkaf). Sebab rotasi belum diketahui, tetapi diduga adanya hambatan dan deformitas lebih lanjut dari vertebra. Dan pada waktu yang sama menunjukkan usaha-usaha yang alamiah untuk mempertahankan stabilitas.
Bila vertebra berotasi, iga yang secara anatomis bersatu dengan vetebra juga berotasi pada konkaf. Iga saling berdekatan dimana mengalami penyesuaian pada sisi yang lebih sempit. Pada sisi konveks, iga akan melebar dan mengalami penyesuaian pada sisi yang lebih besar.
Proses ini sering terjadi pada kurva daerah thorakal. Selama transverse body dan prosessus tranversus brotasi kearah posterior, iga yang terdapat pada sisi tersebut harus juga berotasi kearah posterior. Dan sebaliknya iga yang terdapat pada sisi berlawanan berotasi kearah anterior. Rotasi iga ini akan mengakibatkan suatu penonjolan dada bagian depan pada sisi konkaf dan penonjolan iga kearah posterior pada sisi konkaf yang disebut Rib Hump.
Pada sisi konkaf, pedicle dan lamina dan prosessus transversus juga mengalami pemendekan dan penebalan. Karena tertarik kesisi konkaf, canalis spinalis pada sisi konveks justru menyempit. Sendi facet pada sisi konkaf tertekan dan akan lebih mengalami perubahan degeneratif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar